Selasa, 14 Januari 2014

makalah komitmen muslim sejati



BAB I


PENDAHULUAN


Pendahuluan


Mengaku Muslim bukan sekedar klaim terhadap identitas saja, namun lebih jauh dari itu, pengakuan untuk menjadi penganut Islam, berkomitmen terhadap Islam, dan beradaptasi dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan.


Penggabungan diri dengan agama Islam bukanlah secara warisan, bukan secara hobi malah ia juga bukan penggabungan secara zahir saja. Sebenarnya penggabungan yang dimaksudkan ialah penggabungan dengan ajaran Islam itu sendiri dengan cara berpegang teguh dengan seluruh ajaran Islam serta menyesuaikan diri dengan Islam di segenap bidang kehidupan dengan penuh kerelaan.


Adapun muslim sejati mempunyai beberapa karakter, yaitu mengislamkan aqidah, mengislamkan ibadah, mengislamkan akhlak, mengislamkan keluarga,mampu mengawal diri, dan yakin bahwa masa depan di tangan islam.


Berpegang dengan akidah yang benar lagi murni adalah syarat pertama bagi seseorang mengaku dirinya beragama Islam dan menjadikan Islam sebagai cara hidupnya. Ibadah di dalam Islam merupakan puncak kepatuhan dan kerendahan kepada Allah dan ia juga adalah puncak bahwa hanya Allah lah yang patut disembah. Serta kemuliaan akhlak adalah tanda utama bagi ajaran Islam sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah s.a.w tentang tujuan pengutusan baginda, yang bermaksud: "Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak".


Bertanggung jawab terhadap keluarga adalah salah satu usaha untuk menciptakan keluarga yang muslim sejati. Seorang muslim sejati juga harus mampu mengawal dirinya dari segala macam hawa nafsu, agar terhindar dari godaan setan yang ingin selalu menyesatkan manusia. Keimanan seorang muslim sejati sepatutnya sampai ke peringkat meyakini bahwa masa depan kelak ialah milik Islam.


Rumusan Masalah


  1. Bagaimana supaya dapat menjadi muslim sejati?
  2. Bagaimana cara mengislamkan aqidah saya?
  3. Bagaimana cara mengislamkan ibadah saya?
  4. Bagaimana cara mengislamkan akhlak saya?


Tujuan Penulisan


  1. Untuk memenuhi tugas mentoring dan sebagai salah satu syarat agar dapat mengikuti ujian tertulis Mentoring Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
  2. Menjelaskan bagaimana menjadi seorang muslim yang sejati.
     


BAB II


PEMBAHASAN


Komitmen Muslim Sejati


Mengaku Muslim bukan sekadar klaim terhadap identitas saja, namun lebih jauh dari itu: pengakuan untuk menjadi penganut Islam, berkomitmen terhadap Islam, dan beradaptasi dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan.


Penggabungan diri dengan agama Islam bukanlah secara warisan, bukan secara hobi malah ia juga bukan penggabungan secara zahir sahaja. Sebenarnya penggabungan yang dimaksudkan ialah penggabungan dengan ajaran Islam itu sendiri dengan cara berpegang teguh dengan seluruh ajaran Islam serta menyesuaikan diri dengan Islam di segenap bidang kehidupan dengan penuh kerelaan. Firman Allah SWT.,


Artinya“Dia menamakan kamu: Orang-orang Islam semenjak dahulu dan di dalam (Al-Quran) ini, supaya Rasulullah (Muhammad) menjadi saksi yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu dan supaya kamu pula layak menjadi orang-orang yang memberi keterangan kepada umat manusia (tentang yang benar dan yang salah)”. (Q.S. Al-Hajj 22: Ayat 78).


Bagaimana Mengislamkan Aqidah Saya


Berpegang dengan aqidah yang benar lagi murni adalah syarat pertama bagi seseorang yang mengaku dirinya beragama Islam dan menjadikan Islam sebagai cara hidupnya. Pegangan tersebut mestilah sejalan dengan apa yang terkandung di dalam Al-Quran dan sunnah Rasulullah saw.


Adapun cara mengislamkan aqidah saya yaitu harus dengan perkara-perkara berikut:


  1. Saya harus meyakini  bahwa pencipta alam ini adalah Allah, Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Berkuasa, Maha Mengetahui serta tidak memerlukan pertolongan siapapun. Firman Allah SWT.,


Artinya: “Kalau ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan yang lain dari Allah, niscaya rusaklah pentadbiran kedua-duanya. Maka (bertauhidlah kamu kepada Allah dengan menegaskan): Maha Suci Allah, Tuhan yang mempunyai Arasy, dari apa yang mereka sifatkan”. (Surah Al-Anbiya' 21: Ayat 22).


  1. Saya harus meyakini bahwa Tuhan yang Maha Mulia tidaklah menciptakan segala kejadian alam secara sia-sia tanpa apa-apa tujuan.
  2. Saya harus meyakini bahwa Allah SWT.  telah mengutuskan Rasul-rasul dan diturunkan untuk mereka kitab-kitab dengan tujuan mengajar manusia supaya mengenali Allah dan memahami matlamat kejadian mereka, mengetahui asal-usul mereka dan ke mana mereka akan kembali.
  3. Saya harus meyakini bahwa matlamat kewujudan insan ialah mengenali Allah 'Azzawajalla seperti mana yang Allah SWT. sendiri menjelaskannya, memberi penuh ketaatan kepada-Nya dan mengabdikan diri kepada-Nya.
  4. Saya harus meyakini bahwa ganjaran bagi orang mukmin yang taat kepada Allah ialah syurga. Manakala balasan ke atas orang kafir lagi neraka ialah api neraka.
  5. Saya harus meyakini bahwa sekalian manusia melakukan kebaikan dan kejahatan dengan pilihan dan kehendak mereka sendiri. Namun demikian kebaikan yang dilakukan itu tidaklah berlaku, melainkan dengan taufik dan 'inayah dari Allah.
  6. Saya harus beriman bahwa urusan penciptaan undang-undang itu adalah hak mutlak Allah s.w.t. Tidak harus sama sekali manusia mendahului atau membelangkanginya.
  7. Saya harus berusaha mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah yang layak bagi kemuliaanNya
  8. Saya harus berfikir merenungi kehebatan kejadian-kejadian Allah, bukan memikirkan tentang ZatNya sebagai mengikuti dan mentaati perintah Rasulullah saw.
  9. Berhubung dengan sifat-sifat Allah SWT.  terdapat banyak ayat-ayat suci Al-Quran Al-Karim yang membuktikan kesempurnaan ketuhana(UluhiyyahNya).
  10. Saya harus meyakini bahwa pendapat dan pandangan para salaf adalah lebih utama untuk diikuti supaya dapat menyelesaikan perbahasan tentang penta'wilan dan pentha'thilan sesetengah ayat suci Al-Quran, yakni membiarkan sebahagian dari sifat-sifat Allah di dalam Al-Quran dengan menyerahkan hakikat sebenar mengenai maknanya kepada Allah s.w.t.
  11. Saya harus mengabdikan diri hanya kepada Allah semata-mata tidak menyekutukan dengan yang lain.
  12. Saya harus takut hanya kepadaNya dan tidak takut kepada yang lain. Perasaan takut tersebut seharusnya menyebabkan saya menjauhi kemurkaan Allah dan larangan-laranganNya.
  13. Saya harus sentiasa mengingati Allah dan berzikir menyebut namaNya untuk menjadikan diam saya itu adalah dalam keadaan berfikir dan apabila bercakap adalah kerana berzikir.
  14. Saya juga wajib menyintai Allah dengan sebenar-benar cinta. Cinta yang menjadikan hati saya sentiasa merasa rindu dan terikat denganNya.
  15. Saya harus bertawakal sepenuhnya kepada Allah dalam setiap keadaan dan menyandarkan setiap urusan kepadanya.
  16. Saya harus  mensyukuri nikmat-nikmatnya ke atas diri saya yang merupakan kurniaan dan rahmat yang tidak terhitung  jumlahnya.
  17. Saya harus sentiasa beristighfar memohon keampunan kepada Allah, Istighfar  itu dapat membersihkan diri dari dosa di samping memperbaharui taubat dan iman. Istighfar juga dapat memberikan kerehatan dan keheningan kepada jiwa.
  18. Akhir sekali saya harus sentiasa bermuraqabah (merasai berada di bawah pengawasan) dengan Allah SWT. dalam keadaan terang maupun tersembunyi.


Bagaimana Mengislamkan Ibadah Saya


Ibadah di dalam Islam  merupakan puncak sifat kepatuhan dan kerendahan kepada Allah dan ia juga adalah puncak betapa ia merasakan  keagungan Tuhan yang disembah. Ia menjadi anak tangga pertatehan di antara si hamba dengan Tuhannya. Ibadah ini juga memberi kesan yang mendalam di dalam perhubungan manusia dengan makhluk lainnya. Begitu juga dengan ibadah-ibadah dalam rukun Islam seperti shalat, puasa, zakat dan haji serta amalan-amalan lainnya yang dilaksanakan untuk mendapat keredaan Ilahi dan dalam mengamalkan Syariat-Nya adalah termasuk dalam pengertian ibadah.


Adapun cara mengislamkan ibadah saya yaitu harus dengan perkara-perkara berikut :


  1. Saya harus memastikan ibadah saya mempunyai hubungan dengan Tuhan yang disembah. Inilah apa yang dikatakan martabat "keihsanan dalam  ibadah.
  2. Saya harus melakukan ibadah dengan penuh khusyuk sehingga saya dapat meraskani kenikmatan  serta kemanisannya malah mendatangkan kekuatan kepada saya untuk berterusan mengerjakannya.
  3. Saya harus beribadah dalam keadaan hati saya merasakan kehadiran Allah, membuang dan melupakan kesibukan dunia dan hiruk-pikuknya.
  4. Saya harus beribadah dalam keadaan senantiasa ingin menambahnya, tidak merasa cukup dan tidak kenyang. Saya perlu menghampirkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunat sebagai menyahut seruan Allah.
  5. Saya harus  mengambil berat terhadap ibadah qiamullail (shalat malam) serta melatih diri melakukannya sehingga ia menjadi satu kebiasaan.
  6. Saya harus  meluangkan waktu tertentu untuk membaca Al-Quran dengan cara merenungi maksud dan pengajarannya terutama di waktu Dhuha.
  7. Saya harus menjadikan doa sebagai perantaraan dengan Allah di dalam setiap urusan hidup karena doa adalah otak bagi segala ibadah. Untuk itu saya mestilah memilih doa-doa yang ma'thur dari Rasulullah saw., seperti do’a ketika hendak  tidur, ketika bangun tidur, ketika memakai pakaian dan menaggalnya,ketika keluar rumah dan memasukinya, ketika berjalan ke masjid, dan lain sebagainya.


Bagaimana Mengislamkan Akhlak Saya


Kemuliaan akhlak adalah tanda utama bagi ajaran Islam sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah saw. tentang tujuan pengutusan baginda, yang bermaksud: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak".


Hal ini dipertegaskan lagi di dalam Al-Quran:


Artinya : ” mereka (umat Islam) yang jika Kami berikan mereka kekuasaan memerintah di bumi nescaya mereka mendirikan sembahyang serta memberi zakat, dan mereka menyuruh berbuat kebaikan serta melarang dari melakukan kejahatan dan perkara yang mungkar dan (ingatlah) bagi Allah jualah kesudahan segala urusan. (Q.S. Al-Hajj Ayat: 41).


Kemuliaan akhlak adalah tanda keimanan seseorang karena ia adalah hasil dari keimanannya. Adalah tidak dikira beriman seseorang yang tidak berakhlak. Berhubung dengan hal inilah Rasulullah saw. menyatakan: Bukanlah iman itu hanya dengan cita-cita tetapi iman itu ialah keyakinan yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan. (Hadis riwayat Ad-Dailami).


Rasulullah saw. pernah ditanya tentang apa itu agama? Baginda menjawab: Kemuliaan akhlak (Husnul Khuluq). Apabila ditanya tentang apa itu kejahatan, baginda menjawab: Akhlak yang buruk (Su'ul Khuluq). Akhlak mulia yang dimiliki oleh seseorang hamba merupakan amalan yang paling berat dalam timbangan di hari kiamat nanti. Oleh itu siapa yang rusak akhlaknya dan buruk amalannya tidak akan dipercepatkan hisabnya.


Rasulullah s.a.w bersabda:


Artinya : “Tidak ada sesuatu yang lebih berat di atas neraca timbangan seorang hamba di hari kiamat selain dari akhlak yang baik”. (Hadis riwayat Abu Daud dan Tirmizi).


Di antara ciri-ciri akhlak yang sewajarnya menghiasi diri seseorang insan supaya dia menjadi seorang muslim sejati adalah akhlak-akhlak yang berikut:


  1. Menjauhkan diri dari perkara-perkara syubhat
    Seorang muslim sejati haruslah menjauhkan dirinya dari segala perkara yang dilarang oleh Allah dan juga perkara-perkara yang samar-samar di antara halal dan haramnya (syubhat) berdasarkan ajaran dari hadist Rasulullah saw.
    Artinya : “Sesungguhnya yang halal itu nyata (terang) dan haram itu nyata (terang) dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang kesamaran, yang tidak diketahuinya  oleh kebanyakan manusia. Maka siapapun  yang memelihara (dirinya dari) segala yang kesamaran, sesungguhnya  dia memelihara bagi agamanya dan kehormatannya. Dan siapapun  yang jatuh ke dalam kesamaran, jatuhlah ia ke dalam yang haram, seperti seorang penggembala yang menggembala di sekeliling kawasan larangan, hampir sangat (ternakannya) makan di dalamnya. Ketahuilah! bahwa bagi tiap-tiap raja ada kawasan larangan. Ketahuilah bahwa larangan Allah ialah segala yang diharamkannya. Ketahuilah! Bahwa di dalam badan ada seketul daging, apabila ia baik, baiklah badan seluruhnya dan apabila ia rusak, rusaklah seluruhnya. Ketahuilah! Itulah yang dikatakan hati”. (H.R. Imam Bukhari dan Muslim).
  2. Memelihara pandangan
    Seseorang muslim sejati iu harus memelihara dirinya dari melihat perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah karena pandangan terhadap sesuatu (yang menarik itu) boleh merangsang syahwat dan merupakan faktor yang membawanya ke dalam pelanggaran dan  maksiat. Berhubung dengan perkara-perkara ini Al-Quran mengingatkan orang-orang mukmin supaya memelihara diri dari penglihatan yang tidak memberi faedah.
     
  3. Memelihara lidah
    Kata  yang tidak berfaedah, perbuatan-perbuatan yang buruk dan kotor, percakapan-percakapan kosong, mengumpat keji dan mengadu domba. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan: Ketahuilah, seseorang mukallaf  itu sewajarrya menjaga lidahnya dari sebarang percakapan kecuali percakapan yang menghasilkan kebaikan. Apabila bercakap dan berdiam diri adalah sama saja hasilnya maka mengikut sunnahnya adalah lebih baik berdiam diri karena percakapan yang diharuskan  mungkin membawa kepada yang haram atau makruh. Kejadian demikian telah banyak berlaku tetapi kebaikan darinya adalah jarang.
  4. Bersifat pemalu
    Seseorang muslim sejati haruslah mempunyai sifat  pemalu dalam setiap keadaan. Namun demikian sifat tersebut tidak seharusnya menghalanginya dari memperkatakan kebenaran. Di antara sifat pemalu seseorang ialah ia tidak masuk campur urusan orang lain, memelihara pandangan, merendah diri, tidak meninggikan suara ketika bercakap, berasa cukup serta memadai sekadar yang ada serta sifat-sifat seumpamanya.
  5. Bersifat lemah-lembut


Di antara sifat-sifat yang paling ketara yang wajib tertanam di dalam diri seseorang muslim sejati ialah sifat sabar dan lemah-lembut karena kerja-kerja untuk Islam akan  berhadapan dengan perkara-perkara yang tidak menyenangkan, malah jalan dakwah memang  penuh dengan kepayahan, penyeksaan, penindasan, tuduhan, ejekan dan persendaan yang memalukan. Semua halangan-halangan ini sering dihadapi oleh para petugas amal Islami, sehingga hemah mereka menjadi pudar, gerakan menjadi lumpuh malah mereka mungkin terus berpaling meninggalkan medan dakwah.


  1. Bersifat benar
    Seorang muslim itu mestilah bersifat benar dan tidak berdusta. Berkata benar sekalipun kepada diri sendiri kerana takut kepada Allah dan tidak takut kepada celaan orang. Sifat dusta adalah sifat yang paling jahat dan hina malahan ia menjadi pintu masuk kepada tipu daya syaitan. Seseorang yang memelihara dirinya dari kebiasaan  berdusta bererti dia memiliki pertahanan dan benteng yang dapat menghalang dari was-was syaitan dan lontaran-lontarannya. Berhatihati dan memelihara diri dari sifat dusta akan menjadikan jiwa seorang itu mempunyai pertahanan dan benteng yang kukuh menghadapi hasutan dan tipu-daya syaitan. Dengan demikian jiwa seseorang akan sentiasa besih, mulia dan terhindar dari tipu-daya syaitan. Sebaliknya sifat dusta meruntuhkan jiwa dan membawa kehinaan kepada peribadi insan. Lantaran itu Islam mengharamkan sifat dusta dan menganggap sebagai satu penyakit dari penyakit-penyakit yang laknat.


 


  1. Bersifat tawaduk
    Seseorang muslim sejati harusah bersifat tawaduk atau merendah diri khususnya terhadap saudara-saudaranya yang muslim dengan cara tidak membezakan (dalam memberikan layanan) sama ada yang miskin mahupun yang kaya. Rasulullah s.a.w sendiri memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat-sifat takbur (membangga diri).
  2. Menjauhi sangka buruk dan mengumpat
    Menjauhi sangka buruk, mengumpat dan mengintai-intai keburukan orang lain. Oleh itu seseorang itu mestilah menjauhi sifatsifat ini kerana mematuhi Firman Allah:


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani. (Q.S. Al-Hujuraat  Ayat: 12).


  1. Bermurah hati
    Seorang Muslim sejati haruslah bersifat pemurah, sanggup berkorban dengan jiwa dan harta bendanya pada jalan Allah. Di antara cara yang dapat menyingkap kebakhilan seseorang itu ialah dengan cara memintanya membelanjakan uang ringgit karena berapa banyak dari kalangan mereka yang berkedudukan, bercita-cita tinggi sertaberpangkat gugur tercicir dari jalan ini, disebabkan oleh sikap rakus terhadap mata benda. Di dalam Al-Quran sendiri terdapat berpuluh-puluh ayat yang menjelaskan ciri-ciri keimanan yang dikaitkan dengan sifat pemurah.
  2. Qudwah Hasanah (Suri Teladan Yang Baik)


Selain dari sifat-sifat yang dinyatakan di atas, seorang muslim sejati haruslah menjadikan dirinya contoh ikutan yang baik kepada orang ramai. Segala tingkah-lakunya adalah menjadi gambaran kepada prinsip-prinsip Islam serta adab-adabnya seperti dalam hal makan minum, cara berpakaian, pertuturan, dalam suasana aman, dalam perjalanan malah dalam seluruh tingkah laku dan diamnya.


 


 


 


BAB III


PENUTUP


Kesimpulan


  1. Mengaku Muslim bukan sekadar klaim terhadap identitas saja, namun lebih jauh dari itu: pengakuan untuk menjadi penganut Islam, berkomitmen terhadap Islam, dan beradaptasi dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan.
  2. Penggabungan diri dengan agama Islam bukanlah secara warisan, bukan secara hobi malah ia juga bukan penggabungan secara zahir sahaja. Sebenarnya penggabungan yang dimaksudkan ialah penggabungan dengan ajaran Islam itu sendiri dengan cara berpegang teguh dengan seluruh ajaran Islam serta menyesuaikan diri dengan Islam di segenap bidang kehidupan dengan penuh kerelaan.
  3. Untuk menjadi muslim yang sejati kita harus mempunyai karakteristik, yaitu mengislamkan aqidah, mengislamkan ibadah, mengislamkan akhlak, mengislamkan keluarga,mampu mengawal diri, dan yakin bahwa masa depan di tangan islam.
  4. Berpegang dengan aqidah yang benar lagi murni adalah syarat pertama bagi seseorang yang mengaku dirinya beragama Islam dan menjadikan Islam sebagai cara hidupnya.
  5. Ibadah di dalam Islam  merupakan puncak sifat kepatuhan dan kerendahan kepada Allah dan ia juga adalah puncak betapa ia merasakan  keagungan Tuhan yang disembah. Ia menjadi anak tangga pertatehan di antara si hamba dengan Tuhannya.
  6. Kemuliaan akhlak adalah tanda keimanan seseorang karena ia adalah hasil dari keimanannya. Seseorang yang tidak berakhlak tidak dikira sebagi seseorang yang beriman.
  7. Cara mengislamkan akhlak saya, yaitu menjauhkan diri dari perkara-perkara syubhat, memelihara pandangan, memelihara lidah, bersifat pemalu,bersifat lemah-lembut, bersifat benar, bersifat tawaduk, menjauhi sangka buruk dan mengumpat, bermurah hati.