BAB
I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Mengaku Muslim bukan
sekedar klaim terhadap identitas saja, namun lebih jauh dari itu, pengakuan
untuk menjadi penganut Islam, berkomitmen terhadap Islam, dan beradaptasi
dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan.
Penggabungan diri dengan agama Islam
bukanlah secara warisan, bukan secara hobi malah ia juga bukan penggabungan
secara zahir saja. Sebenarnya penggabungan yang dimaksudkan ialah penggabungan
dengan ajaran Islam itu sendiri dengan cara berpegang teguh dengan seluruh
ajaran Islam serta menyesuaikan diri dengan Islam di segenap bidang kehidupan dengan
penuh kerelaan.
Adapun muslim sejati mempunyai
beberapa karakter, yaitu mengislamkan aqidah, mengislamkan ibadah, mengislamkan
akhlak, mengislamkan keluarga,mampu mengawal diri, dan yakin bahwa masa depan
di tangan islam.
Berpegang dengan akidah yang benar
lagi murni adalah syarat pertama bagi seseorang mengaku dirinya beragama Islam
dan menjadikan Islam sebagai cara hidupnya. Ibadah di dalam Islam merupakan
puncak kepatuhan dan kerendahan kepada Allah dan ia juga adalah puncak bahwa
hanya Allah lah yang patut disembah. Serta kemuliaan akhlak adalah tanda utama
bagi ajaran Islam sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah s.a.w tentang
tujuan pengutusan baginda, yang bermaksud: "Sesungguhnya aku diutuskan
untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak".
Bertanggung jawab terhadap keluarga
adalah salah satu usaha untuk menciptakan keluarga yang muslim sejati. Seorang
muslim sejati juga harus mampu mengawal dirinya dari segala macam hawa nafsu,
agar terhindar dari godaan setan yang ingin selalu menyesatkan manusia. Keimanan
seorang muslim sejati sepatutnya sampai ke peringkat meyakini bahwa masa depan
kelak ialah milik Islam.
Rumusan Masalah
- Bagaimana supaya dapat menjadi muslim sejati?
- Bagaimana cara mengislamkan aqidah saya?
- Bagaimana cara mengislamkan ibadah saya?
- Bagaimana cara mengislamkan akhlak saya?
Tujuan Penulisan
- Untuk memenuhi tugas mentoring dan sebagai salah satu syarat agar dapat mengikuti ujian tertulis Mentoring Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
- Menjelaskan bagaimana menjadi seorang muslim yang sejati.
BAB
II
PEMBAHASAN
Komitmen Muslim
Sejati
Mengaku Muslim bukan
sekadar klaim terhadap identitas saja, namun lebih jauh dari itu: pengakuan
untuk menjadi penganut Islam, berkomitmen terhadap Islam, dan beradaptasi
dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan.
Penggabungan diri dengan agama Islam
bukanlah secara warisan, bukan secara hobi malah ia juga bukan penggabungan
secara zahir sahaja. Sebenarnya penggabungan yang dimaksudkan ialah
penggabungan dengan ajaran Islam itu sendiri dengan cara berpegang teguh dengan
seluruh ajaran Islam serta menyesuaikan diri dengan Islam di segenap bidang
kehidupan dengan penuh kerelaan. Firman Allah SWT.,
Artinya“Dia menamakan kamu:
Orang-orang Islam semenjak dahulu dan di dalam (Al-Quran) ini, supaya
Rasulullah (Muhammad) menjadi saksi yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu
dan supaya kamu pula layak menjadi orang-orang yang memberi keterangan kepada
umat manusia (tentang yang benar dan yang salah)”. (Q.S. Al-Hajj 22: Ayat
78).
Bagaimana Mengislamkan Aqidah Saya
Berpegang dengan aqidah yang benar
lagi murni adalah syarat pertama bagi seseorang yang mengaku dirinya beragama
Islam dan menjadikan Islam sebagai cara hidupnya. Pegangan tersebut mestilah sejalan
dengan apa yang terkandung di dalam Al-Quran dan sunnah Rasulullah saw.
Adapun cara mengislamkan aqidah saya
yaitu harus dengan perkara-perkara berikut:
- Saya harus meyakini bahwa pencipta alam ini adalah Allah, Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Berkuasa, Maha Mengetahui serta tidak memerlukan pertolongan siapapun. Firman Allah SWT.,
Artinya:
“Kalau ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan yang lain dari Allah, niscaya rusaklah
pentadbiran kedua-duanya. Maka (bertauhidlah kamu kepada Allah dengan
menegaskan): Maha Suci Allah, Tuhan yang mempunyai Arasy, dari apa yang mereka
sifatkan”. (Surah Al-Anbiya' 21: Ayat 22).
- Saya harus meyakini bahwa Tuhan yang Maha Mulia tidaklah menciptakan segala kejadian alam secara sia-sia tanpa apa-apa tujuan.
- Saya harus meyakini bahwa Allah SWT. telah mengutuskan Rasul-rasul dan diturunkan untuk mereka kitab-kitab dengan tujuan mengajar manusia supaya mengenali Allah dan memahami matlamat kejadian mereka, mengetahui asal-usul mereka dan ke mana mereka akan kembali.
- Saya harus meyakini bahwa matlamat kewujudan insan ialah mengenali Allah 'Azzawajalla seperti mana yang Allah SWT. sendiri menjelaskannya, memberi penuh ketaatan kepada-Nya dan mengabdikan diri kepada-Nya.
- Saya harus meyakini bahwa ganjaran bagi orang mukmin yang taat kepada Allah ialah syurga. Manakala balasan ke atas orang kafir lagi neraka ialah api neraka.
- Saya harus meyakini bahwa sekalian manusia melakukan kebaikan dan kejahatan dengan pilihan dan kehendak mereka sendiri. Namun demikian kebaikan yang dilakukan itu tidaklah berlaku, melainkan dengan taufik dan 'inayah dari Allah.
- Saya harus beriman bahwa urusan penciptaan undang-undang itu adalah hak mutlak Allah s.w.t. Tidak harus sama sekali manusia mendahului atau membelangkanginya.
- Saya harus berusaha mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah yang layak bagi kemuliaanNya
- Saya harus berfikir merenungi kehebatan kejadian-kejadian Allah, bukan memikirkan tentang ZatNya sebagai mengikuti dan mentaati perintah Rasulullah saw.
- Berhubung dengan sifat-sifat Allah SWT. terdapat banyak ayat-ayat suci Al-Quran Al-Karim yang membuktikan kesempurnaan ketuhana(UluhiyyahNya).
- Saya harus meyakini bahwa pendapat dan pandangan para salaf adalah lebih utama untuk diikuti supaya dapat menyelesaikan perbahasan tentang penta'wilan dan pentha'thilan sesetengah ayat suci Al-Quran, yakni membiarkan sebahagian dari sifat-sifat Allah di dalam Al-Quran dengan menyerahkan hakikat sebenar mengenai maknanya kepada Allah s.w.t.
- Saya harus mengabdikan diri hanya kepada Allah semata-mata tidak menyekutukan dengan yang lain.
- Saya harus takut hanya kepadaNya dan tidak takut kepada yang lain. Perasaan takut tersebut seharusnya menyebabkan saya menjauhi kemurkaan Allah dan larangan-laranganNya.
- Saya harus sentiasa mengingati Allah dan berzikir menyebut namaNya untuk menjadikan diam saya itu adalah dalam keadaan berfikir dan apabila bercakap adalah kerana berzikir.
- Saya juga wajib menyintai Allah dengan sebenar-benar cinta. Cinta yang menjadikan hati saya sentiasa merasa rindu dan terikat denganNya.
- Saya harus bertawakal sepenuhnya kepada Allah dalam setiap keadaan dan menyandarkan setiap urusan kepadanya.
- Saya harus mensyukuri nikmat-nikmatnya ke atas diri saya yang merupakan kurniaan dan rahmat yang tidak terhitung jumlahnya.
- Saya harus sentiasa beristighfar memohon keampunan kepada Allah, Istighfar itu dapat membersihkan diri dari dosa di samping memperbaharui taubat dan iman. Istighfar juga dapat memberikan kerehatan dan keheningan kepada jiwa.
- Akhir sekali saya harus sentiasa bermuraqabah (merasai berada di bawah pengawasan) dengan Allah SWT. dalam keadaan terang maupun tersembunyi.
Bagaimana Mengislamkan Ibadah Saya
Ibadah di dalam Islam merupakan puncak sifat kepatuhan dan
kerendahan kepada Allah dan ia juga adalah puncak betapa ia merasakan keagungan Tuhan yang disembah. Ia menjadi
anak tangga pertatehan di antara si hamba dengan Tuhannya. Ibadah ini juga
memberi kesan yang mendalam di dalam perhubungan manusia dengan makhluk
lainnya. Begitu juga dengan ibadah-ibadah dalam rukun Islam seperti shalat,
puasa, zakat dan haji serta amalan-amalan lainnya yang dilaksanakan untuk
mendapat keredaan Ilahi dan dalam mengamalkan Syariat-Nya adalah termasuk dalam
pengertian ibadah.
Adapun cara mengislamkan ibadah saya
yaitu harus dengan perkara-perkara berikut :
- Saya harus memastikan ibadah saya mempunyai hubungan dengan Tuhan yang disembah. Inilah apa yang dikatakan martabat "keihsanan dalam ibadah.
- Saya harus melakukan ibadah dengan penuh khusyuk sehingga saya dapat meraskani kenikmatan serta kemanisannya malah mendatangkan kekuatan kepada saya untuk berterusan mengerjakannya.
- Saya harus beribadah dalam keadaan hati saya merasakan kehadiran Allah, membuang dan melupakan kesibukan dunia dan hiruk-pikuknya.
- Saya harus beribadah dalam keadaan senantiasa ingin menambahnya, tidak merasa cukup dan tidak kenyang. Saya perlu menghampirkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunat sebagai menyahut seruan Allah.
- Saya harus mengambil berat terhadap ibadah qiamullail (shalat malam) serta melatih diri melakukannya sehingga ia menjadi satu kebiasaan.
- Saya harus meluangkan waktu tertentu untuk membaca Al-Quran dengan cara merenungi maksud dan pengajarannya terutama di waktu Dhuha.
- Saya harus menjadikan doa sebagai perantaraan dengan Allah di dalam setiap urusan hidup karena doa adalah otak bagi segala ibadah. Untuk itu saya mestilah memilih doa-doa yang ma'thur dari Rasulullah saw., seperti do’a ketika hendak tidur, ketika bangun tidur, ketika memakai pakaian dan menaggalnya,ketika keluar rumah dan memasukinya, ketika berjalan ke masjid, dan lain sebagainya.
Bagaimana Mengislamkan Akhlak Saya
Kemuliaan akhlak adalah tanda utama
bagi ajaran Islam sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah saw. tentang
tujuan pengutusan baginda, yang bermaksud: "Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak".
Hal ini dipertegaskan lagi di dalam
Al-Quran:
Artinya : ” mereka (umat Islam)
yang jika Kami berikan mereka kekuasaan memerintah di bumi nescaya mereka
mendirikan sembahyang serta memberi zakat, dan mereka menyuruh berbuat kebaikan
serta melarang dari melakukan kejahatan dan perkara yang mungkar dan (ingatlah)
bagi Allah jualah kesudahan segala urusan. (Q.S. Al-Hajj Ayat: 41).
Kemuliaan akhlak adalah tanda
keimanan seseorang karena ia adalah hasil dari keimanannya. Adalah tidak dikira
beriman seseorang yang tidak berakhlak. Berhubung dengan hal inilah Rasulullah saw.
menyatakan: Bukanlah iman itu hanya dengan cita-cita tetapi iman itu ialah
keyakinan yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan. (Hadis
riwayat Ad-Dailami).
Rasulullah saw. pernah ditanya tentang apa itu agama? Baginda
menjawab: Kemuliaan akhlak (Husnul Khuluq). Apabila ditanya tentang apa itu
kejahatan, baginda menjawab: Akhlak yang buruk (Su'ul Khuluq). Akhlak mulia
yang dimiliki oleh seseorang hamba merupakan amalan yang paling berat dalam
timbangan di hari kiamat nanti. Oleh itu siapa yang rusak akhlaknya dan buruk
amalannya tidak akan dipercepatkan hisabnya.
Rasulullah s.a.w bersabda:
Artinya : “Tidak ada sesuatu yang lebih berat di atas neraca
timbangan seorang hamba di hari kiamat selain dari akhlak yang baik”. (Hadis
riwayat Abu Daud dan Tirmizi).
Di antara ciri-ciri akhlak yang
sewajarnya menghiasi diri seseorang insan supaya dia menjadi seorang muslim
sejati adalah akhlak-akhlak yang berikut:
- Menjauhkan diri dari perkara-perkara syubhatSeorang muslim sejati haruslah menjauhkan dirinya dari segala perkara yang dilarang oleh Allah dan juga perkara-perkara yang samar-samar di antara halal dan haramnya (syubhat) berdasarkan ajaran dari hadist Rasulullah saw.Artinya : “Sesungguhnya yang halal itu nyata (terang) dan haram itu nyata (terang) dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang kesamaran, yang tidak diketahuinya oleh kebanyakan manusia. Maka siapapun yang memelihara (dirinya dari) segala yang kesamaran, sesungguhnya dia memelihara bagi agamanya dan kehormatannya. Dan siapapun yang jatuh ke dalam kesamaran, jatuhlah ia ke dalam yang haram, seperti seorang penggembala yang menggembala di sekeliling kawasan larangan, hampir sangat (ternakannya) makan di dalamnya. Ketahuilah! bahwa bagi tiap-tiap raja ada kawasan larangan. Ketahuilah bahwa larangan Allah ialah segala yang diharamkannya. Ketahuilah! Bahwa di dalam badan ada seketul daging, apabila ia baik, baiklah badan seluruhnya dan apabila ia rusak, rusaklah seluruhnya. Ketahuilah! Itulah yang dikatakan hati”. (H.R. Imam Bukhari dan Muslim).
- Memelihara pandanganSeseorang muslim sejati iu harus memelihara dirinya dari melihat perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah karena pandangan terhadap sesuatu (yang menarik itu) boleh merangsang syahwat dan merupakan faktor yang membawanya ke dalam pelanggaran dan maksiat. Berhubung dengan perkara-perkara ini Al-Quran mengingatkan orang-orang mukmin supaya memelihara diri dari penglihatan yang tidak memberi faedah.
- Memelihara lidahKata yang tidak berfaedah, perbuatan-perbuatan yang buruk dan kotor, percakapan-percakapan kosong, mengumpat keji dan mengadu domba. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan: Ketahuilah, seseorang mukallaf itu sewajarrya menjaga lidahnya dari sebarang percakapan kecuali percakapan yang menghasilkan kebaikan. Apabila bercakap dan berdiam diri adalah sama saja hasilnya maka mengikut sunnahnya adalah lebih baik berdiam diri karena percakapan yang diharuskan mungkin membawa kepada yang haram atau makruh. Kejadian demikian telah banyak berlaku tetapi kebaikan darinya adalah jarang.
- Bersifat pemaluSeseorang muslim sejati haruslah mempunyai sifat pemalu dalam setiap keadaan. Namun demikian sifat tersebut tidak seharusnya menghalanginya dari memperkatakan kebenaran. Di antara sifat pemalu seseorang ialah ia tidak masuk campur urusan orang lain, memelihara pandangan, merendah diri, tidak meninggikan suara ketika bercakap, berasa cukup serta memadai sekadar yang ada serta sifat-sifat seumpamanya.
- Bersifat lemah-lembut
Di
antara sifat-sifat yang paling ketara yang wajib tertanam di dalam diri
seseorang muslim sejati ialah sifat sabar dan lemah-lembut karena kerja-kerja
untuk Islam akan berhadapan dengan
perkara-perkara yang tidak menyenangkan, malah jalan dakwah memang penuh dengan kepayahan, penyeksaan,
penindasan, tuduhan, ejekan dan persendaan yang memalukan. Semua
halangan-halangan ini sering dihadapi oleh para petugas amal Islami, sehingga
hemah mereka menjadi pudar, gerakan menjadi lumpuh malah mereka mungkin terus
berpaling meninggalkan medan dakwah.
- Bersifat benarSeorang muslim itu mestilah bersifat benar dan tidak berdusta. Berkata benar sekalipun kepada diri sendiri kerana takut kepada Allah dan tidak takut kepada celaan orang. Sifat dusta adalah sifat yang paling jahat dan hina malahan ia menjadi pintu masuk kepada tipu daya syaitan. Seseorang yang memelihara dirinya dari kebiasaan berdusta bererti dia memiliki pertahanan dan benteng yang dapat menghalang dari was-was syaitan dan lontaran-lontarannya. Berhatihati dan memelihara diri dari sifat dusta akan menjadikan jiwa seorang itu mempunyai pertahanan dan benteng yang kukuh menghadapi hasutan dan tipu-daya syaitan. Dengan demikian jiwa seseorang akan sentiasa besih, mulia dan terhindar dari tipu-daya syaitan. Sebaliknya sifat dusta meruntuhkan jiwa dan membawa kehinaan kepada peribadi insan. Lantaran itu Islam mengharamkan sifat dusta dan menganggap sebagai satu penyakit dari penyakit-penyakit yang laknat.
- Bersifat tawadukSeseorang muslim sejati harusah bersifat tawaduk atau merendah diri khususnya terhadap saudara-saudaranya yang muslim dengan cara tidak membezakan (dalam memberikan layanan) sama ada yang miskin mahupun yang kaya. Rasulullah s.a.w sendiri memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat-sifat takbur (membangga diri).
- Menjauhi sangka buruk dan mengumpatMenjauhi sangka buruk, mengumpat dan mengintai-intai keburukan orang lain. Oleh itu seseorang itu mestilah menjauhi sifatsifat ini kerana mematuhi Firman Allah:
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya
kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebahagian
dari sangkaan itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari
kesalahan dan keaiban orang dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya
yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah
mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya.
(Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu
kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani. (Q.S.
Al-Hujuraat Ayat: 12).
- Bermurah hatiSeorang Muslim sejati haruslah bersifat pemurah, sanggup berkorban dengan jiwa dan harta bendanya pada jalan Allah. Di antara cara yang dapat menyingkap kebakhilan seseorang itu ialah dengan cara memintanya membelanjakan uang ringgit karena berapa banyak dari kalangan mereka yang berkedudukan, bercita-cita tinggi sertaberpangkat gugur tercicir dari jalan ini, disebabkan oleh sikap rakus terhadap mata benda. Di dalam Al-Quran sendiri terdapat berpuluh-puluh ayat yang menjelaskan ciri-ciri keimanan yang dikaitkan dengan sifat pemurah.
- Qudwah Hasanah (Suri Teladan Yang Baik)
Selain
dari sifat-sifat yang dinyatakan di atas, seorang muslim sejati haruslah
menjadikan dirinya contoh ikutan yang baik kepada orang ramai. Segala
tingkah-lakunya adalah menjadi gambaran kepada prinsip-prinsip Islam serta
adab-adabnya seperti dalam hal makan minum, cara berpakaian, pertuturan, dalam
suasana aman, dalam perjalanan malah dalam seluruh tingkah laku dan diamnya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
- Mengaku Muslim bukan sekadar klaim terhadap identitas saja, namun lebih jauh dari itu: pengakuan untuk menjadi penganut Islam, berkomitmen terhadap Islam, dan beradaptasi dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan.
- Penggabungan diri dengan agama Islam bukanlah secara warisan, bukan secara hobi malah ia juga bukan penggabungan secara zahir sahaja. Sebenarnya penggabungan yang dimaksudkan ialah penggabungan dengan ajaran Islam itu sendiri dengan cara berpegang teguh dengan seluruh ajaran Islam serta menyesuaikan diri dengan Islam di segenap bidang kehidupan dengan penuh kerelaan.
- Untuk menjadi muslim yang sejati kita harus mempunyai karakteristik, yaitu mengislamkan aqidah, mengislamkan ibadah, mengislamkan akhlak, mengislamkan keluarga,mampu mengawal diri, dan yakin bahwa masa depan di tangan islam.
- Berpegang dengan aqidah yang benar lagi murni adalah syarat pertama bagi seseorang yang mengaku dirinya beragama Islam dan menjadikan Islam sebagai cara hidupnya.
- Ibadah di dalam Islam merupakan puncak sifat kepatuhan dan kerendahan kepada Allah dan ia juga adalah puncak betapa ia merasakan keagungan Tuhan yang disembah. Ia menjadi anak tangga pertatehan di antara si hamba dengan Tuhannya.
- Kemuliaan akhlak adalah tanda keimanan seseorang karena ia adalah hasil dari keimanannya. Seseorang yang tidak berakhlak tidak dikira sebagi seseorang yang beriman.
- Cara mengislamkan akhlak saya, yaitu menjauhkan diri dari perkara-perkara syubhat, memelihara pandangan, memelihara lidah, bersifat pemalu,bersifat lemah-lembut, bersifat benar, bersifat tawaduk, menjauhi sangka buruk dan mengumpat, bermurah hati.